Monday, February 23, 2009

Tips menjawab pertanyaan “sulit” anak yang menyerempet “bahaya”


(Posting ini kelanjutan dari cerita tentang Destin yang tiba-tiba bertanya tentang arti kata memperkosa setelah melihat berita. malu
Anak-anak, mulai umur 3 tahun, biasanya sangat kritis dan penuh rasa ingin tahu. Tak jarang mereka mempertanyakan tentang hal-hal yang melebihi umur mereka dan tidak seharusnya diketahui anak. Kata-kata “aneh” tersebut dapat dia temukan dari pergaulan sampai televisi.
Destin, si 4 tahunku itu juga tak luput dari pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu yang besar. Bahkan kami sering dibuat jengkel jika Destin terus bertanya sepanjang jalan ketika kami si atas motor. Pertanyaannya bukan hanya berkisar ini apa dan itu apa, tapi juga mengapa ini begini dan tidak begitu. Bagaimana bisa begini? Dan buat apa. Beruntung aku mempunyai kebiasaan membaca dan melahap apa saja informasi yang bisa aku dapatkan di sela-sela kegiatan sehari-hari, jadi, aku bisa menjawab pertanyaan Destin sesuai umurnya. Tak jarang, ada beberapa pertanyaan yang menyerempet juga sih. Silahkan baca posting sebelumnya di sini untuk tahu pertanyaan Destin yang membuat aku kaget dan bingung menjawab.
Dari majalah Nakita edisi 313 bulan april 2005, pernah disinggung tips menjawab pertanyaan anak yang “sulit”:
• Jangan panik. Tarik nafas dalam-dalam dan bersikaplah tetap tenang dalam menghadapinya.
• Jangan langsung berfikir negative bahwa anak sudah lebih “maju” disbanding Anda saat seumurnya. Pikiran ini hanya membuat Anda mencemaskan hal-hal ayang belum tentu terjadi.
• Pikirkan pertanyaan itu minimal 2 kali sebelum menjawab
• Jawab saat itu juga jika Anda mampu menjawabnya. Jika belum, tunda menjawabnya.
• Janjikan kapan Anda akan menjawabnya. Tepati janji Anda.
• Menunda menjawab lebih baik daripada asal menjawab atau memarahi anak karena pertanyaannya. Karena jawaban yang salah berarti Anda menanamkan konsep yang salah pada anak. Ingat! Banyak kasus frigiditas pada wanita usia dewasa karena dulu kesalahan menjawab orang tuanya ketika masih kecil/sekolah atau indoktrinasi orang tuanya tentang pertanyaan seputar seks.
• Terangkan jawaban dengan jelas, namun tidak harfiah karena anak belum mengerti sepenuhnya.
• Analogikan jawaban dengan sesuatu yang kongkret. Gunakan bahasa sehari-hari agar mudah dimengerti. Sampaikan juga konsekuensi dari korelasi tersebut.
Selain tips di atas, ada lagi tips yang aku kembangkan dan aku pegang teguh, yaitu:
• Jangan mengancam anak karena pertanyaannya.
• Jika jawaban yang kita berikan belum memuaskan anak, dan anak terus bertanya, tetap jawab dengan sabar. Namun arahkan secara hati-hati ke topik yang lain yang berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya.
• Hentikan dengan tegas namun lembut jika upaya di atas tidak berhasil karena anak terus bertanya tentang hal tabu. Tekankan pada konsekuensinya.
Destin pernah menanyakan hal-ha l tabu yang membuatku kaget. Beruntung itu aku dapat menjawab dengan baik sehingga rasa penasaran Destin tidak berlanjut. Dia bertanya tentang Memperkosa itu apa kok ditangkap pak polisi?
Hahaha.. pertanyaan yang sempat membuat aku panik dalam hati.
Ternyata banyak lo anak-anak yang menanyakan hal-hal yang dekat dengan seks atau kejahatan. Jadi jika anak Anda belum bertanya, lebih baik baca, agar tahu jika terjadi pada Anda. ros

0 comments:

Post a Comment

Back to

 

Sharing Mama Susi Copyright © 2009 Cosmetic Girl Designed by Ipietoon | In Collaboration with FIFA
Girl Illustration Copyrighted to Dapino Colada