Teori mengasuh anak ....?

“Saya pernah mempunyai 4 teori tentang pengasuhan anak, dan waktu itu saya belum punya anak. Sekarang saya punya 4 anak dan saya tidak punya teori lagi.” (Dr James Dobson)

Petikan di atas membuat aku terkejut karena mengingatkan aku pada keadaanku sendiri. Enam tahun lalu, ketika aku belum memiliki anak, aku selalu membeli tabloid wanita dan mengoleksinya. Bahkan sekarang telah terjilid rapi menjadi kliping. Setiap kali ada teori baru tentang pengasuhan anak, aku selalu meminta saudara kembarku membacanya. Saudara kembarku itu sudah menjadi ibu rumah tangga beranak 2 ketika aku belum berfikir untuk menikah. Aku tidak pernah habis pikir melihatnya kewalahan bahkan jadi bulan-bulanan dua anak-anaknya yang selalu berteriak dan menangis setiap jam dan membuat tetangga terganggu.
Aku semakin heran dan setengah bersyak prasangka melihatnya hanya membaca sedikit lalu meletakkan begitu saja tanpa keinginan membaca lagi. Apalagi membalas desakanku dengan jawaban ah, itu hanya teori saja dan hanya untuk orang kaya saja. Hah?? Kok gitu? Pikirku.
Aku menganggap teori-teori itu sangat bermanfaat. Ratusan teori telah tercatat di memoriku. Dan setelah aku mendapat anugrah dua anak laki-laki yang ganteng-ganteng (he he), baru aku sadar, ternyata teori itu sama sekali tak bermanfaat bila kita tak pandai memilih mana yang cocok untuk saat ini. Jadi kita harus terus ber-trial & error dalam mengasuh anak. Jika satu teori gagal, masih ada 99 teori lain. Tentu saja, karena yang kita hadapi adalah pribadi unik yang uncategories.