Di antara balita seusianya, kemampuan berbicara Destin di atas rata-rata. Destin mampu mengucapkan kata dengan fasih dan sempurna. Termasuk ‘R’, ‘Sya’, maupun ‘eu’ seperti kata peuyeum yang sulit dilafalkan teman-temanku dulu ketika kuliah bahasa Perancis.
Keterampilan ini diperoleh dari simulasi-simulasi yang terus aku lakukan sejak Destin berusia 4 bulan. Sambil menikmati pagi/berjemur siang hari kala Destin bosan bermain, maupun sore hari sambil menunggu papanya pulang, aku melafalkan huruf atau suku kata yang sulit. Saat itu aku tidak mengharapkan Destin akan turut mengucapkan. Aku hanya ingin Destin terbiasa dengan huruf/suku kata yang sulit. Aku melakukannya sambil bermain. Untuk huruf ‘R’, aku berpura-pura mengajaknya naik mobil. “Rrrrr, rrrr, rrrr. Bremm bremm bremm.” Untuk suku kata ‘sya’, aku lakukan sambil mengusir ayam tetangga. Dan untuk ‘eu’? aku mengajarinya sambil senam wajah.
Tak hanya huruf yang sulit. Huruf-huruf lain juga aku ajari sambil bermain. Aku melagukan huruf A-Z dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, maupun Bahasa Perancis. Aku juga menyanyikan beberapa lagu bahasa inggris yang mudah dan dia suka. Ternyata paling cepat memakai lagu.
Untuk membuat Destin mau mengikuti latihan, setiap dia mengucapkan sesuatu, aku dengan semangat mengulangi ucapannya. Bahkan saat menyembur-nyembur juga aku ikuti. Harapanku dia mau mengikuti apa yang aku lakukan. Berhasil! Destin aktif belajar bicara. Pada usia 8 bulan mulai terlihat hasilnya. Kata pertamanya, ‘ma’, ‘mo’, ‘mba’ ‘da-da’ dan ‘bo’. Setelah itu mulailah Destin melafalkan apa yang aku ajarkan. Butuh waktu yang sangat lama dan kesabaran yang tidak sedikit untuk membuatnya menguasai beberapa kata. Ya. Bahasa asing memang aku biasakan untuk Destin. Tapi aku belum pernah mengajari dia berbahasa asing. Sampai saat ini cukup mengajarkan dasar-dasar pengucapan bahasa asing saja.
Ada satu rambu yang wajib ditaati para pengasuh bayi (orang tua, nenek, kakak, pembantu, dll). ‘berbicaralah dengan benar pada bayi. Jangan dicadelkan. Bayi memang agak cadel (susah berbicara jelas) karena alat pengucapnya yang belum sempurna. Banyak huruf yang baru dapat terucap setelah memiliki sekian gigi, setelah mampu menggetarkan lidah, dan setelah beberapa syaraf sempurna. (Boleh juga belajar psikolinguistik kalo mau). Yang jelas, jangan buat anak cadel karena orang sekitarnya berbicara cadel padanya. Karena sangat sulit merubah gaya bicara cadel anak. Ajari anak berbicara jelas dan struktural serta sopan agar anak berbicara jelas, struktural dan sopan. Pengasuh adalah role model anak. Biasa dengar? Jadi jangan bicara cadel lagi, ya bu. Karena gaya bicara Anda adalah gaya bicara anak kelak.


Keterampilan ini diperoleh dari simulasi-simulasi yang terus aku lakukan sejak Destin berusia 4 bulan. Sambil menikmati pagi/berjemur siang hari kala Destin bosan bermain, maupun sore hari sambil menunggu papanya pulang, aku melafalkan huruf atau suku kata yang sulit. Saat itu aku tidak mengharapkan Destin akan turut mengucapkan. Aku hanya ingin Destin terbiasa dengan huruf/suku kata yang sulit. Aku melakukannya sambil bermain. Untuk huruf ‘R’, aku berpura-pura mengajaknya naik mobil. “Rrrrr, rrrr, rrrr. Bremm bremm bremm.” Untuk suku kata ‘sya’, aku lakukan sambil mengusir ayam tetangga. Dan untuk ‘eu’? aku mengajarinya sambil senam wajah.
Tak hanya huruf yang sulit. Huruf-huruf lain juga aku ajari sambil bermain. Aku melagukan huruf A-Z dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, maupun Bahasa Perancis. Aku juga menyanyikan beberapa lagu bahasa inggris yang mudah dan dia suka. Ternyata paling cepat memakai lagu.
Untuk membuat Destin mau mengikuti latihan, setiap dia mengucapkan sesuatu, aku dengan semangat mengulangi ucapannya. Bahkan saat menyembur-nyembur juga aku ikuti. Harapanku dia mau mengikuti apa yang aku lakukan. Berhasil! Destin aktif belajar bicara. Pada usia 8 bulan mulai terlihat hasilnya. Kata pertamanya, ‘ma’, ‘mo’, ‘mba’ ‘da-da’ dan ‘bo’. Setelah itu mulailah Destin melafalkan apa yang aku ajarkan. Butuh waktu yang sangat lama dan kesabaran yang tidak sedikit untuk membuatnya menguasai beberapa kata. Ya. Bahasa asing memang aku biasakan untuk Destin. Tapi aku belum pernah mengajari dia berbahasa asing. Sampai saat ini cukup mengajarkan dasar-dasar pengucapan bahasa asing saja.
Ada satu rambu yang wajib ditaati para pengasuh bayi (orang tua, nenek, kakak, pembantu, dll). ‘berbicaralah dengan benar pada bayi. Jangan dicadelkan. Bayi memang agak cadel (susah berbicara jelas) karena alat pengucapnya yang belum sempurna. Banyak huruf yang baru dapat terucap setelah memiliki sekian gigi, setelah mampu menggetarkan lidah, dan setelah beberapa syaraf sempurna. (Boleh juga belajar psikolinguistik kalo mau). Yang jelas, jangan buat anak cadel karena orang sekitarnya berbicara cadel padanya. Karena sangat sulit merubah gaya bicara cadel anak. Ajari anak berbicara jelas dan struktural serta sopan agar anak berbicara jelas, struktural dan sopan. Pengasuh adalah role model anak. Biasa dengar? Jadi jangan bicara cadel lagi, ya bu. Karena gaya bicara Anda adalah gaya bicara anak kelak.



Dan betapa banyaknya moment-moment indah yang terabaikan, terlupakan, atau tidak kita ikuti. Seperti gigi pertama yang muncul, duduk untuk yang pertama kali, atau bahkan berjalan tanpa bantuan untuk pertama kali. Banyak momen itu yang hanya diikuti oleh pengasuh anak di rumah karena kita sibuk bekerja. Dengan sisa tenaga, ibu bekerja melihat kemampuan baru anak hari ini, dan bersyukur karena semua baik saja. Beruntung bagi Full Time Mom yang mengikuti setiap perkembangan anak. Menjadi saksi pertama, dan pada sore harinya, sambil bersantai menyantap makanan kecil dan teh di sore hari, sang ibu menceritakan kemampuan terbaru pada ayah.

